Hikmah Isra' Dan Mi'raj (Bag 2)

Disaat yang begitu berat bagi Rasululloh, maka terjadilah peeristiwa isra’ dan mi’raj sebagai jaawaban dari Alloh terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi Nabi Saw. beserta pengikut-pengikutnya. Dalam peristiwa isra’ dan mi’raj itu dapat disimpulkan bahwa Nabi Saw. mendapat semangat baru, tambahan kekuatan jiwa setrta kekuatan keyakinan. Sehingga lebih mantap dalam melanjutkan perjuangan memperjuangkan agama Alloh beserta para sahabat beliau dan menegakkan kebenaran yang ditugaskan oleh Alloh kepada beliau di tengah-tengah kegelapan ummat manusia di permukaan bumi. 

Dari pengalaman yang sangat luar biasa, jiwa rasulullah bertambah kuat dan yakin bahwa betapapun berat gangguan dan teror dari kaum kafir qurais semua itu hanya kerikil-kerikil kecil yang dengan mudah dapt disingkirkan oleh kekuasaan Alloh yang tak terbatas. Rasululloh juga yakin, bahwa kemenangan yang gemilang akan segera tiba. 

Peristiwa isra’ dan mi’raj merupakan titik tolak baru bagi sukses besarnya yang akan dialami kaum muslimin pada generasi itu, khususnya setelah nabi hijrah ke Madinah, setahun setelah peristiwa besar itu. 

Keyakinan itu merupakan landasan yang paling kuat untuk mencapai sukses dalam setiap perjuangan. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita telaah dari peristiwa isra’ mi’raj sebagaimana yang dicantumkan dalam surat Bani isra’il ayat 1, “supaya Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran kami”. Diperkuat lagi dengan firman Alloh dalam surat Annajm ayat 18 “ sesungguhnya dia telah melihat sebagian dari tanda-tanda kebesaran Tuhan yang sangat hebat ”. 

Tanda-tanda kebesaran Alloh itu seperti pembedahan dan pembersihan dada serta hati Rasululloh Saw. oleh malaikat Jibril yang kemudian dipenuhi dengan hikmah dan iman. Hikmah sebagai modal utama untuk mendorong seorang untuk berfikir dan iman sebagai landasan insane untuk berzikir. Dengan dua keutamaan utama, fikir dan zikir itu akan lahir manusia-manusia utama, insan kamil yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara. 

Mereka itulah yang dilukiskan Alloh dalam Al-Qur’an dengan sebutan Ulul Albab. Selanjutnya Nabi Saw. dengan keberaadaan burok yang luar biasa kecepatannya, berangkat dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsho, Nabi menjelajahi langit sampai ke Sidrotul Muntaha. Memasuki surga untuk menyaksikan keindahannya dan akhirnya kembali berada di Makkah dalam waktu yang kurang dari satu malam. Banyak sunnatulloh yang belum kita ketahui, bahkan ada yang tidak mampu kita ketahui, karena akal manusia terlalu kecil dibandingkan dengan kekuasaan sunnatulloh. Firmannya dalam Surat Al-Jin ayat 27 “ Tuhan yang mengetahui urusan gaib dan tidak mengatakan kepada seseorangpun tentang yang gaib itu kecuali kepada rasul yang diridhoi-Nya, maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di hadapan dan di belakangnya”.