Kunyanyikan melodi-melodi cinta yang belum kukenal, tetapi ketika aku mengenalnya, kata-katanya menjadi bisikan yang tertahan dalam mulutku, nyanyian-nyanyian di dadaku menjadi kebisuan yang mendalam.
Dulu, wahai manusia, engkau menanyakan kepadaku tentang keajaiban serta kebahagiaan kasih, dan engkau menemukan kepuasan dalam apa yang kusampaikan kepadamu.
Tetepi sekarang, ketika kasih telah menyelimuti aku dengan jubahnya, gilirankulah yang bertanya kepadamu tentang cara-cara dan kebijakan kasih itu. Adakah diantaramu yang mendapat jawaban aku ? Aku datang untuk bertanya kepadamu tentang apa yang ada pada diriku, dan kuharap engkau menjelaskan kepadaku tentang jiwa sendiri. Adakah seseorang diantaramu yang dapat menjelaskan hatiku kepada hatiku sendiri, yang dapat menjelaskan esensiku kepada esensiku itu sendiri ?
Tidaka maukah engkau menjelaskan kepadaku, api-api yang menyala dalam dadaku ini ? Ia melahap daya nalarku dan meluluhkan perasaan seta hasrat-hasratku.
Apakah tangan-tangan yang tidak kelihatan ini, yang halus sekaligus kaasar, yang mencengkram rohku ketika aku sendirian dan kesepian ? Ke dalam hatiku tangan-tangan ini mencurahkan anggur bercampur pahitnya kenikmatan dan manisnya kepedihan.
Apakah sayap-sayap yang bergemerisik di sekeliling tempat tidurku di dalam kesunyian malam, sementara aku tetap berjaga-jaga entah terhadap apa, mendengarkan yang tidak kudengar, memandangi yang tidak kulihat, merenungkan apa yang tak kumengerti, menyadari apa yang tidak kusadari, menghela napas paanjang tersebut ada erangan-erangan yang lebih kukasihi ketimbang gema tawa dan sukaacita, berserah kepada kuasa tak kelihatan yang membunuhku, lalu memberiku kehidupan, lalu kembali membunuhku berulang-ulang hingga merekah dan terang memenuhi pojok-pojok kamarku. Baru aku tidur. Tetapi di balik kelopak mataku yang letih karena keterjaannya, menari-nari, dan di atas selimutku, bergoyang hantu-hantu mimpi.
Apakah yang kita sebut “kasih” ini ?
Katakan kepadaku, apakah misteri tersembunyi yang terselubung sepanjang zaman ini, yang mengendap-endap di balik penampilan, tetapi menjadikan hati manusia sbagai tempat tinggalnya ?
Apakah pikiran yang tak terkondisikan ini, yang datang sebagai penyebab dari segala akiba, sebagai akibat dari segala sebab ini ?
Apakah keterjagaan yang menyelimuti baik kematian maupun kehidupan ini, yang mencetaknya menjadi mimpi yang lebih asing daripada kehidupan, dan lebih mendalam daripada kematian ?
Katakanlah padaku, wahai manusia, katakanlah kepadaku ! Siapakah di antaramu yang takkan terjaga dari tidurnya kehidupan, seandainya kasih menyentuh rohmu dengan ujung jari-jemarinya ?
Siapakah di antaramu yang takkan meninggalkan ayah dan ibumu dan rumahmu, seandainya gadis yang kukasihi hatimu memanggil kepadanya ?
Siapakah diantaramu yang takkan menyeberangi lautan, padang gurun, pegunungan, dan lembah-lembah, untuk sampai kepada wanita yang telah dipilih oleh rohnya ?
Pemuda manakah yang takkan mengikuti hatinya hingga ke ujung-ujung bumi untuk menghirup manisnya napas kekasihnya, merasakan sentuhan lembut tangan-tangannya, bergembira dalam melodi suaranya ?
Pria manakah yang takkan mempersembahkan jiwanya sebagai korban bakaran, agar asapnya naik kepada Allah yang mendengar permohonan-permohonan dan menjawab doanya ?
(Yang Terkasih: Kahlil Gibran)
sangat mendayung dayung hati gan.. Hehehe..
ReplyDelete